Halaman

Monday, September 23, 2013

KEYAKINAN CINTA

CERPEN KEYAKINAN CINTA 

Aku begitu bahagia dengan hari ini. Aku
pulang dengan rasa puas dan lega. Hari ini, kelas ku bisa merebut juara pertama
dalam acara Pagelaran Seni kelas 9 yang selalu ada setiap tahunnya. Rasa capek untuk latihan 1 bulan terakhir rasanya sirna begitu saja. Apalagi selalu ada dia di samping. Dia yang selalu menyemangatiku dan mendukungku. Dia yang selalu menjadi penghilang rasa letihku. Dia yang ku cinta dan ku sayang sepenuh hati. Dia adalah kekasihku. Kekasih yang begitu sempurna di
mataku.


Hp ku bergetar. Ini menandakan bahwa ada pesan masuk. Dan itu pesan dari Rio, kekasihku. Dengan penuh cinta dia bertanya kepadaku.
“Sudah sampai di rumah sayangku?”
“Sudah sayang.” Jawabku.
“Kalau begitu harus mandi, terus makan,
dan langsung istirahat ya sayang. Aku tau kamu pasti capek karena telah tampil dengan energik tadi.”
Aku tersenyum melihat pesannya.
“Iya sayang.” Balas ku.
Perhatiannya selalu membuat ku bahagia, walau aku sendiri tahu dia selalu begitu setiap harinya. Semuanya tidak pernah membuatku bosan. Karena dia selalu memberikan perhatian, cinta dan kasih sayangnya tulus untuk ku. Aku bisa merasakan Semua ketulusan itu selalu ku rasakan dari awal bersamanya. Namun ketika bulan itu, bulan dimana aku berulang tahun. Aku merasakan kehangatan yang dia berikan dan ketulusannya sudah mulai berkurang. Semua itu bermula ketika dia sering ikut
papanya keluar kota. Awalnya aku
mengerti. Tapi lama kelamaan, aku sudah tidak mengerti dan sudah tidak tahan dengan sikapnya. Dan dia juga sudah melupakan begitu saja hari ulang tahunku.

Dia sudah tidak seperhatian dulu, semua
ketulusannya hilang. Raib di telan bumi.
Dan pada akhirnya, aku pun sampai pada puncak kemarahan. Aku mengiriminya pesan.
“Aku sudah tidak tahan dengan sikap mu Rio, kamu berubah. Aku tersiksa seperti ini.”
Dia pun membalas.
“Terus aku harus bagaimana Ca?”
“Kamu itu jahat banget sich, apa kamu
tidak tahu bagaimana aku selama ini? Aku selalu bersabar menunggu kamu pulang dari luar kota. Aku mengerti kalau kamu tidak bisa mengirimi aku pesan setiap saat karena alasan tidak mendapatkan sinyal.
Dan aku pun bersabar, karena kamu tidak ada pada hari ulang tahunku. Namun sekarang apa balsannya? Balasan atas
kesabaran ku. Seakan- akan kamu sudah mencampakkan ku.” Balas ku dengan penuh emosi.
“Maaf Ca, aku tau aku salah. Tapi aku juga tidak tahu kenapa aku bisa begini.”
Jawabnya.
Namun, karena aku sudah begitu emosi. Aku tidak bisa mengendalikan emosi. Dan aku juga lupa, kalau Rio sangat tidak suka di beda- bedakan.
“Dulu kamu sangat perhatian sama aku,
sekarang begitu cuek. Dulu kamu selalu
ingin bercerita degan ku setiap malam, tapi sekarang boro- boro mau cerita. Ucapin selamat tidur aja gag. Selalu bangunin aku setiap pagi, nyuruh aku mandi, nyuruh aku makan. Tapi sekarang, itu tidak pernah kamu lakukan lagi. Kemana Rio ku yang dulu? Aku hanya ingin pacaran dengan Rio
ku yang dulu.”
“Aku janji akan berubah Ca. Maafin aku
Ca.” Jawabnya singkat.
Tapi entah bagaimana, aku tidak percaya dengan kata- katanya. Aku merasa ketidak tulusan darinya. Dan itu semua membuat ku mengabaikan semua perkataannya.

Hari selanjutnya, dia sudah mulai perhatian lagi kepada ku. Namun anehnya aku masih saja marah. Dan itu semua juga membuatnya emosi dan muak. Emosi karena perkataanku dan muak karena ia merasa aku selalu menyalahkannya. Aku merasa
tidak pernah menyalahkannya. Aku hanya
mengatakan apa adanya.
Mengatakan bagaimana sikapnya yang telah
membuatku tersakiti. Aku hanya seorang
wanita, wanita yang lemah dan ingin di
mengerti. Tapi dia sudah tidak menyadari
itu. Dan pada akhirnya, Rio memutuskan
hubungan kami. Aku juga tidak tahu pasti
apa alasannya memutuskan hubungan kami.
Apa karena muak karena aku selalu
menyampaikan bagaimana sikapnya yang
selalu membuatku sakit hati atau karena
sudah jenuh? Aku tidak pernah tau.
Di telfon dia berbicara.

“Aku butuh waktu Ca. Aku mau sendiri
dulu. Aku juga gag tau, kenapa hatiku bisa
kosong sekarang. Tolong beri aku waktu Ca.
Aku janji akan mencari kamu suatu saat
nanti. Kalau kita jodoh kita pasti akan
ketemu lagi. Satu lagi, kamu harus bisa
menggapai cita- cita mu.”
“. . .” Hening.
Telfon dimatikan.
Di saat itu aku begitu sangat terpuruk. Dan itu menyebabkan aku tidak bisa menjawab perkataan Rio. semua benda- benda tajam
serasa menghujam hatiku. Tak cukup
dengan menangis melepaskan kesakitan itu. Tak percaya janji setia selama ini yang dia umbar kepadaku, terbang dan hilang begitu saja.
Aku juga sadar, aku begitu protektif
kepadanya. Dan aku menyesali itu. Dalam hati aku hanya bisa meminta maaf atas kesalahan ku. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang tak luput dari kesalahan.

Selama beberapa hari aku hanya bisa
berteman dengan kesedihan. Namun
beberapa hari kemudian, aku bisa
menemukan dunia ku kembali. Aku bisa
merebut ceria ku lagi. Hanya satu yang
bisa membuat ku kuat lagi. Yaitu keyakinan.

Yakin Rio akan menepati janjinya, yakin
bisa menggapai cita- cita ku walaupun
tidak ada Rio di sisiku,yang selalu ada dan menyemangatiku di kala putus asa. Dan itu semua akan ku jadikan sebagai kado spesial untuk pertemuan kami nanti. Pertemuan yang akan menyatukan hati dan cinta kami kembali. Yang bersifat abadi.


-=(( TAMAT ))=-

No comments:

Post a Comment

Matur suwun sanget sampun mampir dateng blogger khulo